Saturday, November 14, 2015

Film Attack On Titan Yang Menuai Kritik


Masih segar di ingatan kita bagaimana banyak pihak yang mengkritik live action dari animanga populer Attack on Titan. Banyak pihak yang sudah cukup jengah dengan live action yang satu ini. Namun ada juga yang masih menaruh harapan pada bagian sekuel Attack on Titan. Tapi sepertinya harapan itu hanyalah tinggal harapan.

Sepertinya gelombang kritik terhadap live action Attack on Titan masih belum akan berhenti. Selagi bagian pertama live action ini masih diputar secara bergilir di seluruh dunia, sekuel Attack on Titan telah mendapatkan sesi penayangan awal pada 1 September lalu kendati baru dirilis secara resmi di Jepang pada 19 September.

Salah seorang kritikus film yang berkesempatan diundang Toko selaku distributor film ini untuk mendatangi penayangan awal Attack on Titan: End of The World, Sano Toru, tidak segan-segan untuk langsung membuat sebuah review yang padat tapi cukup menusuk untuk film garapan Higuchi Shinji ini.

Sano tidak seperti para hardcore fans Attack on Titan atau para otaku yang mengkritik film ini akibat perbedaan cerita dalam film dengan cerita dalam animanganya atau mengkritik hilangnya tokoh utama dan munculnya tokoh-tokoh baru. Sebagai seorang kritikus film jelas beliau mengkritik film ini secara subjektif tanpa melihat latar belakang film ini.

Ia memulai review dengan kalimat 悲惨な出来 atau jika diartikan “karya yang sangat menyedihkan”. Bukan menyedihkan karena drama yang mengundang air mata, namun menyedihkan dari segi kualitas keseluruhan film yang sangat buruk. Sano menceritakan bahwa misteri yang ada dalam film ini justru diungkap terlalu awal dan keseluruhan dialog sangatlah buruk.

Sano menulis bahwa setelah misteri film ini terbongkar yang ada hanyalah rangkain adegan-adegan aksi. Namun kembali ia mengkritik parahnya pengambilan gambar dan editing dalam film ini yang justru menghancurkan adegan-adegan aksi tersebut. “Sangat sulit untuk mengikuti pergerakan para karakter di layar atau pergerakan mereka saat menggunakan 3-D maneuver gear.” Ia pun menyimpulkan bahwa adegan-adegan yang merupakan gabungan dari spesial efek dalam produksi dan visual efek pasca produksi yang digunakan justru gagal menimbulkan kesan apapun.

Beberapa tweet berikutnya ia terus mengkritik visualisasi film ini dan bagaimana sang kreator terlalu mengandalkan visual efek. Namun bukannya menjadi lebih baik visual efek yang justru menimbulkan kebingungan terhadap pergerakan para karakter di film ini.

Ia pun menulis pada awal reviewnya bahwa akting Hasegawa Hiroki sang pemeran Shikishima yang menjadi karakter asli sekaligus pusat cerita dalam film ini sebagai rival Eren sangatlah buruk.

Namun pada akhir reviewnya ia mengkonfirmasi bahwa dirinya tidak membenci akting Hasegawa, namun ia menulis, “Tergantung dari filmnya, namun saya rasa dia (Hasegawa) cukup pandai dalam berakting. Terlebih melihat dialog-dialog buruk yang ada sepertinya hal ini tidak terelakkan. Tetapi semakin ia mendalami peran, semakin konyol keadaannya. Begitu juga dengan para pemain lainnya.”

Di tengah review Sano sempat menulis bahwa sekuel Attack on Titan ini tidak seharusnya dibuat, seolah menegaskan buruknya film ini. “Paling tidak bagian pertama film ini (Attack on Titan) memiliki lebih sedikit bagian buruk…Seharusnya dari awal mereka membuang beberapa bagian dari kedua film dan menyatukannya dalam satu film berdurasi sekitar 2 jam…Begitulah bagaimana gambaran betapa buruknya sekuel ini.”

Beberapa hal yang sangat menarik dari film ini adalah banyaknya bintang-bintang papan atas yang bermain dalam film ini. Atau bagaimana sang sutradara, Higuchi Shinji, yang sempat sukses dengan beberapa filmnya menuai pujian. Seperti film garapan Higuchi sebelumnya yang berjudul Nobou no Shiro (のぼうの城;The Floating Castle) yang memperoleh penghargaan dalam bidang artistik. Belum lagi Watanabe Yusuke sang penulis naskah yang juga sebelumnya terlibat dalam nashka film: live action Gatchaman, 2 seri live action GANTZ dan 2 seri pertama dari live action 20th Century Boys.

Jadi siapakah yang salah dalam adaptasi manga populer karya Hajime Isayama ini? Apakah karena mungkin minimnya dana produksi akibat habisnya dana untuk membayar para pemain? Atau mungkin dikarenakan sempat adanya perubahan sutradara dari pengumuman awal film ini di tahun 2011 dimana saat itu disebutkan sutradaranya ialah Nakashima Tetsuya yang kemudian hengkang pada akhir 2012 akibat perbedaan pandangan kreatif dan digantikan oleh Higuchi pada akhir 2013? Atau karena singkatnya proses syuting yang hanya selama 3 bulan walaupun proses pasca produksinya selama hampir setahun?

Yah, kalau sekuel Attack on Titan ini berjudul “End of The World”, rasanya ini adalah saat yang tepat untuk mengakhiri film yang diangkat dari animanga fenomenal ini.

Nah itulah artikel tentang film attack on titan yang menuai kritik. Semoga bermanfaat menambah dikit pengetahuan tentang film animanga :)

No comments:

Post a Comment